Pada tanggal 23 Oktober 2019 Presiden Joko Widodo menunjuk Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam kabinet periode 2019-2024. Atas penunjukan beliau sebagai menteri Pendidikan reaksi dari masyarakat termasuk guru-guru cukup beragam. Yang selalu terngiang dalam telinga saya adalah kalau beliau menterinya pembelajarannya pasti akan secara online. Hal ini tentunya berdasar pada profesi beliau sebagai bos Gojek.
Tidak terbayang pembelajaran secara online itu apabila diterapkan seperti apa, mekanismenya seperti apa, caranya seperti apa, menggunakan apa, dll. Tentunya komentar iseng tentang pembelajaran yang dilakukan secara online tidak akan pernah terjadi. Seperti tersambar petir disiang bolong akhirnya pembelajaran online pun terjadi. Hal ini disebabkan karena Indonesia terkena wabah virus covid-19. Kalau tidak salah Pada tanggal 23 Maret 2020 Walikota Surakarta berdiskusi dengan semua OPD khususnya Dinas Pendidikan Pemkot Surakarta menyampaikan bahwa semua kegiatan pembelajaran dihentikan sementara dan anak-anak diberi tugas. Akirnya pada tanggal 24 Maret 2020 Semua sekolah baik TK, SD maupun SMA diliburkan hal ini tentunya untuk mencegah terjadinya penyebaran virus Covid-19.
Pengawas sekolah menyampaikan kepada setiap kepala sekolah atas instruksi Dinas Pendidikan agar pembelajaran dilakukan secara online. Yang pertama kali muncul dalam pikiran kami para guru adalah Whatsshap. Cukup menggelitik dan membuat kami bingung. Kenapa ? karena pembelajaran biasanya dilakukan secara tatap muka guru murid bertemu secara langsung sekarang sebaliknya melalui dunia maya. Apakah ini akan efektif ? Apakah pengetahuan siswa akan bertambah ?. Semunya itu menjadi pertanyaan bagi kita semua. Karena proses pembelajaran harus tetap berjalan, maka proses pembelajaran online kami tetap laksanakan. Pemkot Surakarta bersama Dinas Pendidikan yang didalamnya ada para guru menyampikan materi pelajaran ataupun penanaman budi pekerti malalui siaran radia Konata (Komunitas Anaka Surakara). Selain melalui siaran radio, para siswa juga belajar dari televisi khususnya TVRI maupun web pendidikan.
Seiring berjalannya waktu kami para guru maupun siswa menjadi terbiasa dengan situasi yang demikian. Nilai yang dijadikan nilai Rapot adalah nilai dari tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Tak terasa dari bulan Maret minggu akhir sampai dengan bulan Juni pembelajaran online berlangsung kurang lebih 4 bulan hingga pada akirnya pembagian nilai raport. Sekolah tanpa murid masih berlangsung di tahun pelajaran baru yakni 2020/2021 pembelajaran masih secara online. Dalam perjalanan waktu ada kerinduan para guru maupun para siswa agar bisa belajar bersama secara tatap muka. Atas masukan dari ibu pengawas pembelajaran bisa dilakukan secara tatap muka dengan jumlah siswa maksimal 5 orang yang dikenal dengan home visit. Home Visit adalah kunjungan guru ke rumah anak didik dan mengumpulkan siswa untuk belajar bersama. Kepala Seolah kami Ibu Harjani, S.Pd.,M.Pd selalu berpesan agar penerapan protokol kesehatan harus dijaga. Seperti sebelum pembelajaran baik guru maupun siswa harus cuci tangan, jaga jarak, pengukuran suhu tubuh dan memakai masker.
"SALAM SEHAT & SEMANGAT"
0 Komentar